Skip to main content

[Terkait Anggaran Siluman 12,1 T] Ahok Adukan DPRD ke KPK, Ketua DPRD : Itu Lebih Baik

Ahok sebelumnya menyatakan akan melaporkan dugaan mark up terkait pengadaan unit UPS untuk sekolah-sekolah di Jakarta yang nilai pengadaannya di APBD DKI 2014 mencapai Rp 5,8 miliar per unit UPS. Kini, Ahok mengaku masih mengumpulkan data-data pendukung untuk melakukan pelaporan itu.

Ahok mengaku Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kecolongan pada APBD DKI 2014. Karena saat itu, penerapan sistem e-budgeting untuk penganggaran belum dilakukan secara penuh. Dia juga bilang, anggaran untuk UPS juga masuk dalam draft APBD 2015. Nilainya termasuk dalam anggaran siluman yang disebut Ahok mencapai Rp 12,1 triliun.

Usai bertemu Jokowi, Ahok pun tiba di gedung KPK Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, pukul 16.55 WIB tadi (Jumat, 27/2).

Ahok yang tampak mengenakan kemeja putih tangan panjang itu terlihat ditemani sejumlah staf dan ajudannya. Mereka menumpang mobil Toyota Land Cruiser hitam berplat nomor B 1966 RFR.

Mereka menyambangi KPK untuk melaporkan adanya dugaan penyelewengan pengadaan unit Uninterruptible Power Supply (UPS) untuk sekolah-sekolah di Jakarta yang disebutkan dalam APBD 2014 nilai pengadaannya mencapai Rp 5,8 miliar per unit UPS. (Baca, Ahok Sibuk Selamatkan Uang 12 T, Gaji Petugas Kebersihan 2.4 Juta Tak terselamatkan)

"(Bukti) bawa semua. Ini bukti yang kita bawa bukti yang ditandatangani DPRD semua. Kami temukan ini menyimpang dari KUA PPAS (Kebijakan Umum Anggaran Priorotas Plafon Anggaran Sementara) yang kami tanda tangani," terang dia.

Bukti-bukti itu tak dibeberkan secara rinci oleh Ahok. Tapi, dia pastikan bukti yang dibawanya ini menunjukan jelas terjadinya penyimpangan. "Ini bukti sangat jelas. Biar KPK saja yang melakukan penyidikan semua bukti-bukti ini," tandasnya.

KPK sendiri melalui pelaksana tugas Wakil Ketua KPK, Johan Budi SP menyatakan bahwa pihaknya siap menindaklanjuti dugaan adanya penyelewengan pengadaan unit-unit Uninterruptible Power Supply (UPS) untuk sekolah-sekolah di Jakarta yang disebutkan dalam APBD 2014 nilai pengadaannya mencapai Rp 5,8 miliar per unit UPS.

"Silahkan Pak Ahok kalau mau melapor ke KPK, kami siap menindaklanjuti," kata Johan Budi SP saat dikontak siang tadi, seperti dilansir Rmol.

Ketua DPRD Dukung Langkah Ahok Melapor ke KPK

Sementara itu Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi, dikabarkan mendukung langkah Gubernur Ahok melaporkan polemik APBD ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Itu (melaporkan APBD ke KPK) lebih baik," ujarnya saat dihubungi, Jumat (27/2).

Prasetyo yakin dengan laporan ini akan diketahui siapa oknum yang memanfaatkan APBD selama ini. Selain itu dapat diketahui juga nama-nama anggota legislatif serta eksekutif yang bermain dan mengakibatkan kerugian negara.

"Dengan laporan semacam ini jadi semakin terang benderang persoalan APBD ini," tukasnya, seperti dilansir Rmol Jakarta.

Nah, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah cuma oknum DPRD saja yang bermain jika tuduhan Ahok benar? Apakah tidak ada pejabat bawahan Ahok yang juga terlibat? Ayo KPK telusuri dengan adil, jangan main tebang pilih. [sal]

Popular posts from this blog

Alamak! Bentuk Tim Independen, Jokowi Bikin Konflik KPK vs Polri Makin Rumit

Aksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat tim independen untuk memediasi konflik KPK dan Polri bukan memberikan solusi, tetapi menambah polemik dan masalah menjadi rumit. "Pembentukan tim independen bukanlah solusi tapi akan membuat polemik ini makin kusut dan berliku," tegas dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Masnur Marzuki, kepada wartawan, Selasa (27/1). Menurutnya, terdapat beberapa alasan tim independen tak dibutuhkan. Pertama, belum ada dasar hukum yang jelas pembentukan tim tersebut apakah keppres atau dasar hukum teknis lainnya. "Karena bila tidak dibekali dasar hukum yang jelas, tim tidak akan efektif bekerja menggali fakta dan memanggil para pihak," katanya. Kedua, Presiden seperti tidak belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa selama ini pengelolaan negara menjadi tidak efektif karena terlalu banyak tim yang nomenklaturnya tidak jelas dan justru tumpang tindih dengan lembaga atau institusi yang

Contact

Kritik, saran atau pemasangan iklan bisa dikirim ke email maidany@gmail.com. Tulis di subjek : Kritik, Saran atau Iklan. Terima Kasih Redaksi

Dibalik Pemberhentian Jenderal Sutarman oleh Jokowi, Isu Jilbab Polwankah?

Publik banyak bertanya, mengapa dan alasan apa jenderal sutarman diberhentikan oleh jokowi sebelum masa pensiun nya pada bulan oktober 2015 sebuah tradisi yang lazim di tubuh kepolisian adalah pergantian jabatan kapolri berdasarkan masa akhir pengabdian sang pejabat kapolri yang mendekati masa pensiun semua, kecuali tentu diluar kisah tentang kapolri bimantoro yang diberhentikan presiden gus dur, tetapi akhirnya dipulihkan posisi nya oleh presiden megawati | #sejarah hampir semua berhenti dengan embel embel sudah memasuki masa pensiun alias habis masanya teringat kebiasaan dulu | penggantian kapolri oleh presiden | didahului oleh permintaan presiden kepada wanjati atau dewan jabatan tinggi polri untuk mengajukan nama terbaiknya sesuai masa angkatan yang ada (kaderisasi) saya tertarik pada surat yang dikirimkan oleh jokowi kepada DPR dengan hanya menuliskan memberhentikan dengan hormat jenderal sutarman dari jabatannya sebagai kepala kepolisian RI dulu, standa