Skip to main content

Temui Kabareskim Diam-diam, Ruki Sukses Bikin KPK Tak Dipercaya Rakyat Lagi


Jika benar Ketua Plt KPK, Taufiequrachman Ruki mendatangi Gedung Bareskrim Mabes Polri pada kemarin malam (Rabu, 25/2) secara diam-diam, bahkan menghindar dari awak media, maka patut dicurigai adanya kompromi berbau tak sedap atas kisruh faksi Budi Gunawan dengan dua pimpinan KPK nonaktif, Abraham Samad dan Bambang Widjojanto.

"Langkah TR bisa ditafsirkan pada pertama, jelas merupakan proses pelemahan terhadap KPK," tegas politisi PAN, Laode Ida melalui keterangan tertulisnya, Kamis (26/2).

Menurut Laode Ida, barangkali TR tak ingin melanjutkan agenda KPK yang sudah mentersangkakan BG, termasuk menjadikan sejumlah oknum Polri pemilik rekening gendut masuk radar dan daftar tunggu untuk diperiksa dan ditersangkakan.

Hal ini, tambah Laode Ida, bisa dicermati dari beberapa pernyataan TR setelah resmi ditunjuk jadi Plt KPK yang mengindikasikan tidak adanya pengakuan bersangkutan terhadap gerakan dan kebijakan KPK selama ini.

"Catat, misalnya, istilah 'jangan saling colek' antara sesama lembaga negara, yang arahnya 'tak setuju dgn KPK yang tetapkan BG tersangka'," sebutnya.  

Kemudian pernyataan TR kemarin bahwa KPK selama ini mengabaikan koordinasi dengan Polri dan kejaksaan.

"(Itu pernyataan) merupakan ekspresi yang bisa dianggap arogan karena hanya anggap dirinya yang lakukan itu, sekaligus meremehkan kepemimpinan sebelumnya," kritik mantan wakil ketua DPD RI.

TR, kata Laode Ida lagi, juga bisa dianggap punya niat yang kurang mulia. Jika niatannya baik, menurut Laode Ida, seharusnya pertemuan itu dibuka ke publik agar semua pihak tahu dan mengikuti proses yang terjadi.

"Kan aneh cara-cara seperti itu. Dan perlu dicatat, sudah jadi semacam aksioma bahwa setiap pejabat publik (apalagi pemberantas korupsi) harus menghindarkan diri dari kemungkinan adanya kecurigaan dari masyarakat luas," tekan Laode Ida.

Ia menegaskan, cara-cara yang dilakukan TR bisa membuat rakyat tak percaya lagi terhadap KPK, yang barangkali sudah jadi agenda kelompok kepentingan yang berada di belakangnya.

"Kendati demikian, harus dipertanyakan pula apakah kedatangan TR menemui Buwas di Bareskrim itu dalam agenda yang sudah diketahui oleh pimpinan lainnya di KPK atau belum?," demiakian pungkasnya yang dimuat Rmol.  

Hal senada juga disampaikan oleh Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus yang menyebutkan Ketua Plt Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Taufiequrachman Ruki tidak boleh mendatangi Bareskrim Mabes Polri seorang diri pada malam hari, saat konflik antara KPK dan Polri belum selesai. Sementara pada saat yang sama KPK pun sedang menangani kasus dugaan korupsi Komjen Pol Budi Gunawan dkk.

Sebab kata Petrus masih ada pemeriksaan perkara korupsi oleh KPK terhadap Budi Gunawan dkk dalam perkara korupsi. Selain itu masyarakat masih mencurigai Ruki memimpin KPK meski hanya Plt karena dikhawatirkan Ruki tidak mampu bersikap netral atau lebih memihak Polri dari pada KPK. 

"TPDI sangat menyangkan kedatangan Taufiequrachman Ruki Rabu 25 Februari 2015 pukul 19.20 malam menyambangi Bareskrim Mabes Polri seorang diri, karena  hal ini menyalahi aturan Undang-Undang dan aturan di internal KPK yang melarang Pimpinan KPK menemui pihak terperiksa yang dalam hal ini sejumlah Perwira Tinggi dan Menengah Polri sedang diperiksa oleh KPK terkait kasus korupsi Komjen Pol Budi Gunawan," ungkap Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus dalam keterangannya kepada Tribunnews.com, Kamis (26/2/2015).

Ini Isi Pembicaraan Ruki dengan Kabareskrim

Plt pimpinan KPK, Indriyanto Seno Adji membenarkan telah mendampingi Plt Ketua Taufiequrachman Ruki menemui Kabareskrim Komjen Budi Waseso. Menurut Indriyanto, pertemuan semalam membahas soal perbaikan hubungan KPK-Polri.

"Rapim KPK memang memberikan persetujuan bahwa saya dan Pak Pandu bersama mendampingi Pak Ruki ke Bareskrim," kata Indriyanto saat berbincang, Kamis (26/2/2015).

Menurut Indriyanto, dalam pertemuan itu dibahas banyak hal, terutama soal perbaikan hubungan antara KPK dan Polri. Namun, pertemuan dengan Komjen Buwas sama sekali tidak membahas soal kasus yang tengah ditangani Bareskrim.

"Pertemuan itu memang bertujuan untuk menindaklanjuti dan membangun kembali komunikasi penegak hukum dengan Polri," jelas Indriyanto.

"Perkembangan komunikasi ini memang sangat positif," tegasnya seperti dilansir Detik.

Apapun isi pembicaraan antara KPK dan Kabareskrim di saat konflik keduanya belum reda memang mengundang tanda tanya di masyarakat. Jika penjelasan dari KPK bisa diterima publik maka kepercayaan kepada lembaga antirasuah itu tidak tergerus, namun jika publik tidak puas dengan penjelasan KPK, wajar jika KPK tidak lagi di percaya. [sal]

Popular posts from this blog

Alamak! Bentuk Tim Independen, Jokowi Bikin Konflik KPK vs Polri Makin Rumit

Aksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat tim independen untuk memediasi konflik KPK dan Polri bukan memberikan solusi, tetapi menambah polemik dan masalah menjadi rumit. "Pembentukan tim independen bukanlah solusi tapi akan membuat polemik ini makin kusut dan berliku," tegas dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Masnur Marzuki, kepada wartawan, Selasa (27/1). Menurutnya, terdapat beberapa alasan tim independen tak dibutuhkan. Pertama, belum ada dasar hukum yang jelas pembentukan tim tersebut apakah keppres atau dasar hukum teknis lainnya. "Karena bila tidak dibekali dasar hukum yang jelas, tim tidak akan efektif bekerja menggali fakta dan memanggil para pihak," katanya. Kedua, Presiden seperti tidak belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa selama ini pengelolaan negara menjadi tidak efektif karena terlalu banyak tim yang nomenklaturnya tidak jelas dan justru tumpang tindih dengan lembaga atau institusi yang

Contact

Kritik, saran atau pemasangan iklan bisa dikirim ke email maidany@gmail.com. Tulis di subjek : Kritik, Saran atau Iklan. Terima Kasih Redaksi

Dibalik Pemberhentian Jenderal Sutarman oleh Jokowi, Isu Jilbab Polwankah?

Publik banyak bertanya, mengapa dan alasan apa jenderal sutarman diberhentikan oleh jokowi sebelum masa pensiun nya pada bulan oktober 2015 sebuah tradisi yang lazim di tubuh kepolisian adalah pergantian jabatan kapolri berdasarkan masa akhir pengabdian sang pejabat kapolri yang mendekati masa pensiun semua, kecuali tentu diluar kisah tentang kapolri bimantoro yang diberhentikan presiden gus dur, tetapi akhirnya dipulihkan posisi nya oleh presiden megawati | #sejarah hampir semua berhenti dengan embel embel sudah memasuki masa pensiun alias habis masanya teringat kebiasaan dulu | penggantian kapolri oleh presiden | didahului oleh permintaan presiden kepada wanjati atau dewan jabatan tinggi polri untuk mengajukan nama terbaiknya sesuai masa angkatan yang ada (kaderisasi) saya tertarik pada surat yang dikirimkan oleh jokowi kepada DPR dengan hanya menuliskan memberhentikan dengan hormat jenderal sutarman dari jabatannya sebagai kepala kepolisian RI dulu, standa