Sekelompok pemuda Muslim saling bergandengan tangan pada akhir pekan lalu dan membentuk lingkaran untuk melindungi sinagog di Oslo, Norwegia.
Aksi tersebut merupakan bagian dari protes terhadap anti-Yahudi dan menolak tindak kekerasan, khususnya paska serangan di Denmark dan Prancis.
Harian Wall Street Journal (WSJ) akhir pekan lalu melansir, dalam serangan di kedua negara itu, mereka menyasar kaum Yahudi. Lebih dari 1.000 orang dilaporkan ikut dalam aksi damai itu dengan penjagaan yang ketat dari polisi.
Masa berteriak dan menyerukan penolakan terhadap anti-Yahudi dan Islamofobia.
"Kemanusiaan adalah satu, dan kami di sini untuk menunjukkan hal tersebut," ujar salah seorang pengagas gerakan itu, Zeeshan Abdullah di hadapan para kaum Muslim imigran di Norwegia.
Perwakilan dari penyelenggara lainnya, Hassan Raja, menyerukan kepada kaum Muslim dan Yahudi untuk menghapus adanya prasangka.
"Kemudian, kita semua tinggalkan rasa benci. Kami berharap bisa membuat publik menghormati dan memahami agama lainnya," kata Raja.
Hajrah Ashrad, mengatakan bahwa Muslim turut merasakan ketakutan serupa seperti kaum Yahudi. Namun, Ashrad berpendapat, itu semua bisa dihadapi asal ada kebersamaan.
Aksi tersebut digagas oleh kelompok kecil pemuda Muslim pada pekan lalu. Mereka menyebar informasi gerakan tersebut melalui media sosial dan langsung memperoleh respon positif, termasuk acara serupa di kota terbesar kedua di Norwegia, Bergen.
Sementara, pemimpin Jemaat Yahudi di Oslo, Ervin Kohn mengaku bersyukur terhadap penyelenggaraan aksi itu.
"Saya bersyukur dan merasakan ada harapan. Aksi ini mengirimkan sebuah pesan kuat kepada jemaat kami yang kecil, bahwa kami tidak sendiri," kata Kohn.
Jumlah kaum Yahudi di Norwegia tergolong kecil, hanya ada sekitar 1.300 orang dari populasi Norwegia yakni 5,2 juta. Sementara, angka penduduk Muslim di Norwegia kian bertambah, yakni antara 150 ribu hingga 200 ribu orang. [viva]
Aksi tersebut merupakan bagian dari protes terhadap anti-Yahudi dan menolak tindak kekerasan, khususnya paska serangan di Denmark dan Prancis.
Harian Wall Street Journal (WSJ) akhir pekan lalu melansir, dalam serangan di kedua negara itu, mereka menyasar kaum Yahudi. Lebih dari 1.000 orang dilaporkan ikut dalam aksi damai itu dengan penjagaan yang ketat dari polisi.
Masa berteriak dan menyerukan penolakan terhadap anti-Yahudi dan Islamofobia.
"Kemanusiaan adalah satu, dan kami di sini untuk menunjukkan hal tersebut," ujar salah seorang pengagas gerakan itu, Zeeshan Abdullah di hadapan para kaum Muslim imigran di Norwegia.
Perwakilan dari penyelenggara lainnya, Hassan Raja, menyerukan kepada kaum Muslim dan Yahudi untuk menghapus adanya prasangka.
"Kemudian, kita semua tinggalkan rasa benci. Kami berharap bisa membuat publik menghormati dan memahami agama lainnya," kata Raja.
Hajrah Ashrad, mengatakan bahwa Muslim turut merasakan ketakutan serupa seperti kaum Yahudi. Namun, Ashrad berpendapat, itu semua bisa dihadapi asal ada kebersamaan.
Aksi tersebut digagas oleh kelompok kecil pemuda Muslim pada pekan lalu. Mereka menyebar informasi gerakan tersebut melalui media sosial dan langsung memperoleh respon positif, termasuk acara serupa di kota terbesar kedua di Norwegia, Bergen.
Sementara, pemimpin Jemaat Yahudi di Oslo, Ervin Kohn mengaku bersyukur terhadap penyelenggaraan aksi itu.
"Saya bersyukur dan merasakan ada harapan. Aksi ini mengirimkan sebuah pesan kuat kepada jemaat kami yang kecil, bahwa kami tidak sendiri," kata Kohn.
Jumlah kaum Yahudi di Norwegia tergolong kecil, hanya ada sekitar 1.300 orang dari populasi Norwegia yakni 5,2 juta. Sementara, angka penduduk Muslim di Norwegia kian bertambah, yakni antara 150 ribu hingga 200 ribu orang. [viva]