Skip to main content

SBY dan Jokowi pun Saling "Sentil"



Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar Presiden Jokowi menghormati Partai Politik dan tidak intervensi dalam persoalan parpol adalah sebuah "sentilan" yang harus di pahami oleh mantan Jokowi selaku presiden.

“Saya kira ini bentuk “sentilan" SBY pada Jokowi agar pembangunan partai politik tidak dicampuri pemerintah,” ujar Direktur PolcoMM Institute, Heri Budianto, Jumat (17/4/2015).

Menurut Heri, sebaiknya Presiden Jokowi itu meniru SBY saat menjadi presiden, di mana Partai Demokrat tidak ikut campur dalam urusan partai politik lain. Pihaknya pun mengapresiasi SBY selama menjabat bisa menjaga hal tersebut.

“Kita apresiasi SBY sebagai mantan presiden, dan selama itu Demokrat tidak ikut campur dalam konflik Partai Golkar, itu pembangunan demokrasi positif, mestinya pemerintah sekarang belajar pada SBY,” tuturnya, demikian Okezone.

Terkait sentilan atau sinidiran SBY ke Jokowi, apakah ada hubungannya dengan Jokowi yang juga menyindir SBY?

Seperti diketahui, dilansir Kompas (18/4) menulis judul berita "Jokowi Sindir Pemerintahan Sebelumnya Takut Kehilangan Popularitas" soal kebijakan BBM.

Presiden Joko Widodo menyindir pemerintahan sebelumnya yang dianggap takut kehilangan popularitas, dengan tidak segera mengalihkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke subsidi yang lebih bersifat produktif.

Pernyataan itu disampaikan Presiden Jokowi di hadapan sekitar 2.000 anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang sedang merayakan Hari Lahir ke-55 dan Muktamar Pergerakan di Masjid Nasional Al-Akbar Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (17/4/2015) malam, demikian Kompas.

Kejadian SBY dan Jokowi yang saling "sentil" bagi sebagian publik menarik untuk di ikuti perkembangan informasinya. Siapa yang benar dan siapa yang salah, tentu akan di kembalikan kepada pribadi rakyat untuk menilainya berdasarkan nalar masing-masing.

Bagi SBY, tentu rakyat sudah bisa menilai kinerjanya selama 10 tahun. Sedang Jokowi, kinerjanya belum begitu teruji, karena setahun pun belum sampai umurnya. Amat disayangkan jika sebagian waktunya banyak digunakan untuk menyalahkan pemerintahan yang lalu. Karena dikhawatirkan hal itu akan menjadi blunder terhadap pemerintahan yang di pimpinnya.

Publik bisa menilai, ketika Jokowi menyalahkan pemerintahan yang lalu, maka dalam waktu bersamaan Jokowi menutupi kelemahannya sebagai presiden. Oleh sebab itu, Jokowi harus berhati-hati dalam mencari-cari "kambing hitam". [sal]  

Popular posts from this blog

Heboh, Foto Oknum Polisi Diduga Sedang Bagi Uang Hasil "Petak Umpet"

Foto dua orang oknum anggota polisi sibuk menghitung uang membuat heboh situs media sosial Facebook. Foto yang diposting pemilik akun Facebook Adm Motivasi itu ditautkan ke akun fanpage JOKOWI PRESIDEN KU dengan judul "Ayo Lagi Ngapain?" ini ternyata mendapat respon dari netizen lainnya. Foto hasil jepretan sembunyi-sembunyi (hidden camera) memperlihatkan dua orang polisi seperti memegang berlembar-lembar kertas warna merah seperti bentuk uang Rp 100 ribu. Tentunya berbagai komentar positif dan komentar negatif. Hingga kini foto tersebut mendapat 606 komentar serta like 1.288 orang. Berikut komentar di akun facebook: Harry Setiawan Rph: Kalau yg begini mah bkn fitnah. Hampir rata2 pengguna jalan raya mengalami,kalau yg namanya ketemu yg begini (POLISI). M Ridone: Ada ada saja tapi lucu..kan gk tau itu dwit apa berpikir positip sajalah. etiawan Jayadireja: Yang pasti takut ketahuan istrinya, di umpetin dikit? Ronymeong Rony: itung itung balikin modal dulu bro...

Usai Keluarkan Perpres Soal Kenaikan DP Mobil Pejabat, Nah Lho..Jokowi Bingung!

"Plin Plan pakdhe nih," tulis akun @ebritino  di Twitter terkait sikap Jokowi yang sepertinya kebingungan usai keluarkan Perpres No 39/2015. Ada pun Perpres tersebut mengatur soal kenaikan uang muka (DP) kendaraan mobil pejabat dari Rp 116 juta menjadi Rp 210 juta. Sikap 'plin plan' Jokowi ini apa karena ada banyak protes dari publik atau ada faktor lain memang belum ada klarifikasi dari pihak Istana. Yang ada hanyalah Jokowi sebut akan mengecek ulang Perpres No 39/2015 tersebut. Dikutip laman Detik (5/4) , bahwa Presiden Jokowi berjanji akan mengecek Perpres yang berisi kenaikan nilai uang muka pembelian mobil pejabat negara. Selain itu dirinya juga mengakui bahwa kebijakan itu tidak tepat dilakukan saat ini. "Saat ini bukan saat yang baik. Pertama karena kondisi ekonomi, kedua sisi keadilan, ketiga sisi (penghematan) BBM," tutur Jokowi setelah mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, dari kampung halamannya di Solo, Minggu (5/4

Awasi! Putri Indonesia 2015 "Ber-Palu Arit", PKI Sebarkan Racun Komunis di Kalangan Muda

Foto konyol Putri Indonesia 2015 Anindya Kusuma Putri yang berpose memakai kaos bergambar simbol komunis ‘Palu Arit’, mengindikasikan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) sedang menyebarkan ideologinya kepada kalangan anak muda. Pendapat itu disampaikan Pimpinan Taruna Muslim, Alfian Tanjung, kepada intelijen (23/02). “Saat ini komunis Indonesia sedang menyebarkan ideologi di kalangan anak muda. Putri Indonesia 2015 bisa menjadi simbol untuk menarik kalangan muda,” tegas Alfian Tanjung. Kata Alfian, PKI sudah menyusupkan beberapa kadernya di partai politik. “Lihat saja kader mereka yang ada di partai politik dan DPR. Di PDIP ada Ribka Tjiptaning yang bangga menjadi anak PKI. Padahal PKI itu organisasi yang dilarang di Indonesia,” papar Alfian. Alfian mengingatkan, dalam kondisi bangsa Indonesia yang tidak jelas seperti ini, komunis sangat mudah masuk di kalangan generasi muda maupun rakyat. “Komunis itu pandai mempengaruhi orang. Jargon-jargon menguasai tanah milik negara,