Skip to main content

Mau Pekerjakan TNI-Polri, Ahok Dinilai Lecehkan TNI dan Suburkan Korupsi



‎Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) akan memasukkan unsur TNI-Polri sebagai tenaga honorer di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Penyebabnya, Ahok melihat kinerja TNI-Polri jauh lebih bagus dari pada PNS.

Ahok mengatakan, rencana pelibatan TNI-Polri sebagai tenaga honorer bukan untuk melecehkan mereka. Ahok justru bermaksud memanfaatkan tenaga TNI-Polri agar program Pemprov DKI Jakarta dapat berjalan lebih maksimal.

"Bukan pelecehan, gini. Toh selama ini kita kalau mengatasi pembongkaran juga menggunakan TNI-Polri kan. Saya bilang kalau PNS nggak bisa ngawasi, kita minta bantuan TNI-Polri untuk ngawasi," terang Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (20/4/2015), dilansir detikcom.

Mengomentari ide Ahok tersebut, Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin mengatakan, menurut Tribunnews, penugasan TNI sebagai Satpol PP dapat dianggap melecehkan terhadap profesionalisme TNI.

"TNI dilatih, dididik dan dipersenjatai untuk bertempur menjaga dan melindungi NKRI. Sementara tugas Satpol PP dapat diserahkan kepada masyarakat yang tak perlu membutuhkan pelatihan berat dan keras," katanya.

Tak sampai disitu saja masalahnya jika Ahok pekerjakan TNI dan Polri. Sekretaris Komisi A DPRD DKI Jakarta, Syarif di Gedung DPRD mengatakan, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) secara tidak langsung menyuburkan tindak pidana korupsi dengan mengalokasikan anggaran guna merekrut anggota TNI-Polri.

Seperti dikutip dari Rmol (21/4), Syarif beranggapan demikian, mengingat TNI dan Polri telah dibiayai pemerintah melalui anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tiap tahunnya.

"Itu kan aparat negara sudah mendapat penghasilan pasti. Polisi dan TNI adalah aparatur negara. Dengan menerima (honor dari Pemerintah Provinsi DKI) itu, tentunya melanggar konstitusi. Gratifikasi itu jatuhnya," tegas politikus berkepala plontos ini.

Ahok, imbuh dia, sama saja melanggar UU jika ditinjau dari kacamata kelola keuangan karena akan tumpah tindih jadinya dengan pemerintah pusat. Kemudian dari aspek ekonomi sosial, ia menilai, eks bupati Belitung Timur tersebut hanya meributkan yang bukan menjadi substansi masalah. [sal]

Popular posts from this blog

Gagal Jadi Menteri Jokowi, Rieke Diah Pitaloka Kini Resmi Cerai dengan Suami

Dulu sempat tersiar kabar, Rieke Diah Pitaloka (Oneng) akan di jadikan menteri dalam kabinet kerja Jokowi. Isu yang berkembang - saat itu - adalah Menteri Tenaga Kerja danTransmigrasi Indonesia. Tapi dalam pengmuman kabinet kerja Jokowi, nama "Oneng" tak ada disebutkan. Yang terjadi, Politisi PDIP tersebut bukan saja gagal jadi menterinya Jokowi. Resmi bercerai dengan suami membuat Rieke juga gagal membangun mahligai rumah tangganya. Dilansir laman Detik (24/3), kabar mengejutkan datang dari artis sekaligus politikus Rieke Diah Pitaloka. Ia ternyata telah bercerai dengan sang suami, Donny Gahral Adian. Isu keretakan rumah tangga Rieke dan Donny memang sudah lama terdengar, bisa dibilang sejak pertengahan tahun lalu. Kabar tersebut ternyata bukan gosip belaka. Saat ini, keduanya sudah resmi bercerai. Hal itu dikonfirmasi oleh Humas Pengadilan Agama Depok, Jawa Barat, Suryadi. "Iya, benar (telah cerai)," ucap Suryadi kepada detikHOT lewat pesan singkat,

Alamak! Bentuk Tim Independen, Jokowi Bikin Konflik KPK vs Polri Makin Rumit

Aksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat tim independen untuk memediasi konflik KPK dan Polri bukan memberikan solusi, tetapi menambah polemik dan masalah menjadi rumit. "Pembentukan tim independen bukanlah solusi tapi akan membuat polemik ini makin kusut dan berliku," tegas dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Masnur Marzuki, kepada wartawan, Selasa (27/1). Menurutnya, terdapat beberapa alasan tim independen tak dibutuhkan. Pertama, belum ada dasar hukum yang jelas pembentukan tim tersebut apakah keppres atau dasar hukum teknis lainnya. "Karena bila tidak dibekali dasar hukum yang jelas, tim tidak akan efektif bekerja menggali fakta dan memanggil para pihak," katanya. Kedua, Presiden seperti tidak belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa selama ini pengelolaan negara menjadi tidak efektif karena terlalu banyak tim yang nomenklaturnya tidak jelas dan justru tumpang tindih dengan lembaga atau institusi yang

Contact

Kritik, saran atau pemasangan iklan bisa dikirim ke email maidany@gmail.com. Tulis di subjek : Kritik, Saran atau Iklan. Terima Kasih Redaksi