Dalam kitabnya yang berjudul an-Nahjah as-Sawiyyah fi al-Asma’ an-Naba wiyyah, Imam as-Suyuthi mengungkapkan rahasi di balik penamaan Rasulullah SAW dengan panggilan Muhammad. Menurut Suyuthi yang lahir di Kairo, 1 Rajab 849 itu, dari sekian nama, Muhammad adalah panggilan yang paling dikenal.
Nama ini diberikan oleh sang kakek, Abdul Muthallib, usai akikah dengan menyembelih satu ekor kambing. Saat ditanya, mengapa cucunya diberi nama Muhammad dan bukan nama nenek moyangnya, sang kakek yang memiliki nama julukan Abu al-Harist itu menjawab, ia ingin cucu kesayangannya itu dipuji oleh Allah di langit dan disegani lalu diteladani umat manusia yang hidup di bumi.
Mengutip perkataan al-Qadhi ‘Iyadh, Suyuthi yang bermazhab Syafii itu mengatakan, kedua nama yakni Muhammad dan Ahmad termasuk salah satu tanda kebesaran Allah sekaligus keistimewaan bagi Rasulullah. Allah berkehendak dan menggunakan kuasa-Nya untuk menjaga kedua nama tersebut. Sebelum Rasulullah lahir, tak ada satu pun orang Arab yang menggunakan nama tersebut.
Hal ini tak lain dimaksudkan untuk menghindari kekacauan dan timbulnya ke raguan terhadap sosok Mu hammad, terutama saat pengukuhannya sebagai na bi dan rasul. Bisa dibayang kan bagaimana jadinya jika ke dua nama itu adalah nama yang lumrah atau “pasaran”. Al-Qadhi ‘Iyad menambahkan, pemakaian nama itu muncul tak lama setelah tersiar kabar seorang rasul akan diutus di Tanah Arab. Mereka berharap, dengan memberikan nama tersebut, seorang rasul yang sedang menjadi perbincangan seantero jazirah Arab kala itu, berasal dari kalangan mereka. [Rol]