Usia pemerintahan Jokowi-JK sudah masuk bulan ketujuh. Ibarat orang mau melahirkan usia ini sudah matang. Namun sayang, pemerintahan masih banyak kejanggalan, seperti partai-partai pendukung pemerintahan bertindak seperti oposisi, sedangkan parpol yang menjadi oposisi malah menjadi pendukung.
"Banyak hal yang tidak sesuai, bahkan terkesan lucu. Perbedaan presiden dan wakil presiden dipermukaan sangat nampak kentara. Misalnya soal reshufle kabinet, keduanya terlibat dalam perbedaan yang mencolok. Soal Novel Baswedan juga.
Lalu, bangsa ini akan dibawa kemana jika tidak adanya kesamaan visi antara pemimpin," ujar Bambang Soesatyo di Cafe Komando saat peluncuran bukunya yang berjudul Republik Komedi 1/2 Presiden, (Minggu, 10/5).
Politisi Golkar itu menambahkan, kelucuan-kelucuan dalam mengelola negara semakin terlihat dari munculnya keppres bodong yang entah siapa yang salah, di Sekneg, Seskab atau bahkan pucuk pimpinannya.
"Republik-republikan ini harus segera diakhiri. Mumpung perjalanan pemerintahan masih panjang ke depan," cetusnya anggota Komisi III DPR RI itu.
Bamsoet, begitu ia disapa, juga menambahkan banyak keluhan yang makin menyeruak ke permukaan, utamanya dari dunia usaha. Sumber ketidakpastian tersebut, menurutnya, berasal dari kabinet kerja yang kerjanya hanya bikin heboh saja, perilakunya tidak bisa jadi panutan.
"Ini bukan kabinet kerja, tetapi kabinet heboh. Sejak awal pemerintahan muncul kehebohan dari perilaku menteri wanita yang merokok di depan umum. Lalu ada menteri yang bikin heboh dengan melompat pagar. Menteri yang mengeluarkan keputusan tentang PPP dan Golkar seenaknya saja," katanya.
"Ada menteri yang melarang rapat di hotel. Menteri melarang menjual bir. Tujuan dari kebijakanya sebetulnya baik, tetapi yang diburu pencitraan saja, sehingga terkesan tidak substansial," lanjutnya. [sal/Rmol]