Media sebagai pilar demokrasi seharusnya mendapat penghargaan dari pemerintah. Anehnya, di era pemerintahan Jokowi hal tersebut tidak terjadi. Yang ada, selain media Islam di blokir, ada wartawan wanita (Wartawati) yang di cubit dan di bentak ketika hendak mengambil berita terkait presiden Jokowi. Meski yang mencubit bukan Jokowi, melainkan Albiner Sitompul selaku Kepala Biro Pers Istana, tetap saja cara tersebut mencerminkan kinerja pemerintahan Jokowi.
Atas kejadian tersebut, seperti dilansir Merdeka, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta mengecam Kepala Biro Pers Istana Albiner Sitompul karena mencubit dan melecehkan wartawan Suara.com, Wita Ayodya Putri saat melakukan peliputan peluncuran Program 35.000 MW oleh presiden Jokowi di Pantai Goa Cemara, Bantul, Senin (4/5).
Pada saat door stop, korban bermaksud menanyakan kepada Jokowi terkait dengan seorang buruh yang melakukan aksi bakar diri di GBK. Namun belum sempat bertanya, Kabiro Pers Istana menanyakan pada korban mau bertanya apa pada Jokowi. Saat tahu bahwa akan bertanya soal buruh yang bakar diri, dia membentak korban.
"Ngapain kok tanya-tanya soal buruh, tanya aja soal program ini," bentaknya.
Tidak hanya itu korban juga ditarik telinganya dan mengancam akan mencubit korban jika bertanya tentang buruh.
"Awas ya tak cubit kalau sampai tanya soal buruh," katanya sembari memegang pinggang korban hingga doorstop selesai.
Sementara itu korban hanya diam tanpa bisa melakukan apa-apa karena berada di bawah ancaman. Korban merasa malu karena diperlakukan semacam itu. Menanggapi kejadian tersebut ketua AJI Yogyakarta, Hendrawan Setiawan mengatakan perbuatan tersebut merupakan intimidasi dan mencoba menghalang-halangi kerja pers.
"Berdasarkan UU No 40 tahun 1999 tentang Pers pasal 4 ayat 1, 2 dan 3 bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. Perbuatan itu jelas melanggar undang-undang," katanya, Selasa (5/5).
Dia pun meminta Kepala Biro Pers Istana Albiner Sitompul untuk meminta maaf secara tertulis kepada korban dan media tempatnya bekerja.
"Kami juga meminta Presiden Joko Widodo untuk mengganti Kepala Biro Pers istana dengan orang yang memahami UU Pers," tandasnya, demikian Merdeka mengabarkan.
Merespon tudingan yang merngarah kepadanya, Albiner Sitompul pun membantah. Berdasarkan laporan Kompas, Albiner menanggapi tudingan dan menyampaikan klarifikasinya. Ia meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi. Menurut dia, peristiwa yang terjadi tak seperti yang tertulis dalam kronologi AJI.
Albiner membantah menjewer Wita dan memegang pinggangnya.
"Saya sama sekali tidak menjewer, apalagi memegang pinggang jurnalis tersebut. Karena di samping tidak layak, juga tidak pantas," kata Albiner dalam pernyataan tertulisnya yang diterima wartawan.
Ia juga mengklarifikasi penilaian bahwa apa yang dilakukannya telah menghambat kerja jurnalistik, serta melakukan intimidasi.
"Saya tegaskan, sebagai Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi, saya sangat menghormati profesi wartawan. Oleh karena itu, saya mempermudah pekerjaan dengan memfasilitasi wawancara dan menyampaikan keinginan para wartawan kepada Presiden Joko Widodo," ujar dia.
Untuk mengungkap kebenaran memang tidak mudah. Namun jika ada bukti dan saksi semua bisa di tempuh jalur hukum. Misalnya, jika ada bekas cubit atau jewer di tubuh Wartawati tersebut, bisa dilakukan visum. Atau jika ada orang yang menyaksikan kejadian tersebut, bisa juga menjadi saksi.[sal]