Fakta yang terjadi membuat semua mata tercengang dan geleng kepala. Pasalnya, apa yang di janjikan Jokowi ketika Pilpres 2014 lalu, yakni akan buka puluhan juta lowongan pekerjaan dan membuat ekonomi Indonesia bisa tumbuh diatas 7% ternyata tinggal janji saja. Yang terjadi justru malah sebaliknya. Ya, mantan Walikota Solo itu 'sukses' meningkatkan jumlah pengangguran dan turunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kwartal I 2015.
Adapun jumlah pengangguran meningkat selama periode Februari 2014-Februari 2015. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama periode tersebut terjadi kenaikan pengangguran 300.000 orang dari 7,15 juta menjadi 7,45 juta.
Padahal menurut laman Rmol, Janji Jokowi ketika Pilpres 2014 akan membuka lapangan kerja bagi 15 juta pengangguran.
Demikian dikemukakan Wijayanto Samirin, Anggota tim ekonomi Jokowi-JK, di Media Center Jokowi-JK, Menteng, Jakarta, Minggu (15/6). Selain pertumbuhan ekonomi 7 persen pertahun, pasangan ini juga punya target membuka 15 juta lapangan kerja selama lima tahun, serta mengurangi pengangguran menjadi 4 persen dan kemiskinan menjadi 5 persen.
Sedang menurut laporan dari Liputan6, janji Jokowi bukan 15 juta lapangan kerja yang akan di buka, tapi 10 juta.
Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo-Jusuf Kalla berjanji bakal menciptakan 10 juta lapangan baru, jika terpilih menjadi orang nomor satu di Indonesia pada Pemilu Presiden (Pilpres) yang digelar pada 9 Juli mendatang.
Menurut Jokowi, langkah itu diambil guna menekan angka pengangguran di Tanah Air. "Menurunkan tingkat pengangguran 10 juta lapangan kerja baru selama lima tahun," kata Jokowi di Bandung, Jawa Barat, Kamis (3/7/2014), demikian liputan6.
Terlepas dari janji Jokowi, entah mana yang benar, 10 juta atau 15 juta lapangan kerja. Yang pasti yang terjadi saat ini adalah, jumlah pengangguran semakin meningkat 300.000 orang. Dan waktu Jokowi jadi presiden tersisa 4 tahun lebih beberapa bulan lagi. Mampukah Jokowi?
Perlu di ingat, jika masalah pengangguran tidak segera di atasi, maka tingkat kriminalitas akan terus ada, bahkan bertambah volumenya. Lantaran, menurut data dari kepolisian, pelaku kejahatan sebagian besar berasal dari pengangguran.
"Kami mempunyai data bahwa hampir 60 persen pelaku kejahatan adalah mereka yang belum mempunyai pekerjaan. Untuk mengurangi terjadinya kriminalitas, salah satu terobosan adalah Polisi Peduli Pengangguran," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Eko Bayu Seno dilansir Merdeka.
Artinya, pengangguran dan kejahatan sangat dekat hubungannya. Susah tuk dipisahkan. Jika negara ciptakan pengangguran, maka sama saja pemerintah ciptakan pelaku kejahatan secara bersamaan. Ngeri sekali.
Nah, selain sukses tingkat pengangguran, ternyata Jokowi juga sukses membuat pertumbuhan ekonomi menurun di kwartal I 2015. Realisasi pertumbuhan ekonomi masih jauh panggang dari api. Dari target sebesar 7 persen, saat ini pertumbuhan ekonomi baru mencapai 4,7 persen.
Mengacu pada Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah merilis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 sebesar 4,71 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan kuartal IV-2014 sebesar 5,02 persen (yoy).
Yang membuat aneh adalah, terjadi sebuah fakta yang memilukan sekaligus memalukan. Dimana Jusuf Kalla menyalahkan ekonomi global sebagai faktor utama yang membuat pertumbuhan ekonomi melambat. (Baca, JK dan Staf Presiden beda pendapat soal ekonomi terpuruk )
Terlepas dari apa gaya ngeles Pak JK itu, yang pasti dan bisa di simpulkan adalah Jokowi telah berhasil (sukses) buat peningkatan pengangguran dan menurunkan petumbuhan ekonomi di eranya sebagai Presiden. Sungguh prestasi yang luar biasa! Dan yang membuat luar biasa adalah, ditengah kondisi ekonomi yang memprihatinkan, Jokowi bisa-bisanya naik mobil Limosin mewah.
[JK Sinaga]