Mayoritas guru mata pelajaran (mapel) bahasa Jawa galau dengan beredarnya salah satu buku penunjang Wasis Basa.
Sebab, buku untuk murid kelas VI SD itu mengandung kalimat dalam materi bacaan yang tidak tepat. Kalimat tersebut merujuk pada hubungan suami-istri.
Berdasar informasi yang berhasil dihimpun dari sumber terpercaya, Wasis Basa merupakan buku wajib yang diinstruksikan Dinas Pendidikan (Dispendik) Tulungagung untuk siswa kelas VI SD.
Setiap sekolah membeli buku itu meski banyak yang mengeluh harganya terlalu mahal jika dibandingkan dengan buku penunjang yang ada. Harga buku beragam, yaitu Rp 50 hingga Rp 59 ribu.
Setelah dibeli, buku digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Saat itulah diketahui ada satu bacaan berjudul Dewi Lara Amis yang kurang tepat bagi murid SD. Isinya, tentang seorang pria yang mencintai perempuan.
Bacaan itu masuk halaman 22–23 dan terdapat kalimat yang tidak tepat. Yakni, ngetokake banyu syahwat. Kalimat itu terdapat dalam paragraf kedua baris ketiga. Kalimat lain, yakni iwak sing mangan banyu syahwate,ada di paragraf keempat baris keempat dan kelima.
’’Ini kurang tepat bagi siswa SD. Seharusnya tidak dicantumkan dalam buku pelajaran, tapi lebih tepat untuk tingkat pendidikan lebih tinggi,’’ ungkap salah seorang narasumber yang namanya enggan disebutkan.
Masih dari sumber yang sama, karena muncul kalimat itu, banyak siswa yang bertanya tentang artinya. Guru kelas pun bingung menjelaskan karena dirasa tidak cocok untuk murid SD. ’’Ini pelajaran bahasa Jawa. Kalau materi itu dimasukkan mapel biologi bagian reproduksi, mungkin masih cocok,’’ kata narasumber yang juga pemerhati bahasa Jawa tersebut.
Dalam buku Wasis Basa ditulis tim penyusun, yakni Drs Tresno Sukendro dan Drs Sukarman MSi. Sementara itu, konsultan dan penyelia adalah Dra Sri Sulistiani MPd. Ida Syafrida SS dicantumkan sebagai editor. Buku tersebut dicetak lebih dari 150 halaman.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Suharno tidak menampik adanya buku Wasis Basa yang sudah beredar di lingkup SD. Pihaknya langsung menarik buku tersebut. Selain itu, dispendik meminta agar tim penyusun memperbaiki kesalahan tersebut. ’’Sudah kami tarik. Itu berdasar pemeriksaan tim editing dinas pendidikan,’’ tuturnya.
Pria berkacamata itu menyatakan bahwa materi dalam buku sebenarnya tidak salah. Namun, ada bacaan yang kurang tepat karena menyajikan materi tentang reproduksi. Dalam cerita itu dijelaskan tidak kuat menahan hawa nafsu.
’’Saya pikir, karena buku itu tingkatannya nasional, pasti baik. Namun, nyatanya masih ada yang kurang cocok. Kami sudah menarik buku itu,’’ jelasnya. (wen/tri/JPNN/c19/any)