Skip to main content

"Megawati Antara Diundang atau Dipermalukan SBY"


Hubungan antara Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang belum juga harmonis dari sekitar tahun 2004 sampai sekarang. Ini terbukti dengan susahnya mereka berdua untuk berjumpa. Entah SBY yang jual mahal, atau Mega yang belum bisa memaafkan "dosa" SBY di masa lalu, entahlah. Yang pasti "perang" antar keduanya masih terasa.

Belakangan ini seperti ada upaya SBY untuk damai dengan Megawati. Kongres Demokrat IV 11 s/d 13 Mei 2015 yang berlangsung di Surabaya, Jawa Timur pun di jadikan sarananya. Tapi sayang, Ketua Umum PDI Perjuangan itu tak sudi hadir. Artinya, upaya SBY dengan mengutus beberapa elite partai Demokrat (Syarief Hasan, Edhie Baskoro & Agus Hermanto) untuk undang Megawati pupus.

Mengapa usaha SBY gagal? Di kabarkan Megawati sibuk, sehingga tidak ada waktu untuk datang ke hajatan 5 tahun sekali yang dilakukan partai Demokrat itu.

Seperti dikabarkan Satunusanews (12/5/15), Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, mengatakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tidak dapat menghadiri Kongres IV Partai Demokrat di Surabaya, Jawa Timur 11-13 Mei 2015.

Menurut Hasto karena Megawati masih mempunyai agenda yang padat pasca Kongres IV Bali kemarin. Dalam undangan tersebut Mega hanya mengutus salah satu pengurus DPP partai yang mendapat tugas khusus dari Megawati.

Benarkah sampai sebegitu sibuknya Megawati sehingga tidak bisa datang di acara Kongres Demokrat? Kita ingat, Megawati masih bisa sempatkan datang di Acara Rakernas PAN beberapa waktu lalu. Begitu juga beliau bisa tampil di acara KAA ke 60 di Bandung dan buat "gempar" media.

Asumsi penulis, Megawati merasa di permalukan dengan perlakuan SBY yang cuma mengundangnya melalui utusan saja. Secara tak langsung, SBY sedang balas dendam kepada Megawati. Tentunya, kita masih ingat dulu ketika Megawati mengutus Puan dan beberapa tokoh untuk jumpa dengan SBY. Ya, ketika itu saat momentum mau pemilihan ketua DPR RI untuk periode 2014-2019.

Dilansir JPPN (2/10/14), Puan mengaku mendapat mandat dari Mega untuk menemui SBY sebagai respon atas permintaan tersebut. Tidak hanya dirinya, presiden dan wakil presiden terpilih Jokowi-JK juga ikut turun tangan menyambung komunikasi dengan SBY.

"Saya, Pak Jokowi, Pak JK, Pak Surya Paloh semua berusaha bertemu Pak SBY. Tapi mungkin Tuhan berkehendak lain," pungkas putri Megawati ini.

Puan pun sempat kesal, karena SBY enggan bertemu.

"Dari pagi saya berusaha menghubungi Pak SBY, juga melalui orang-orang dekat beliau tapi tidak direspon. Dari pagi Puan Maharani ingin bertemu Pak SBY!" ujarnya dengan suara meninggi di gedung DPR RI, Kamis (2/10) dini hari, demikian dilansir JPPN 

Akibat tidak bertemunya, Puan, Jokowi, JK, dan Surya Paloh dengan SBY ketika itu, kursi pucuk pimpinan DPR gagal di raih oleh partai "moncong putih", malah kader Setya Novanto Golkar yang menduduki posisi Ketua dan diikuti dari politsi KMP sebagai wakilnya. Sementara PDIP sebagai partai pemenang Pemilu 2014 cuma bisa gigit jari saja.  

Pastinya, Megawati tak bisa lupakan hal tersebut. Karena saat itu Megawati selaku Ketua Umum PDIP yang mengutus Puan cs untuk berjumpa dengan SBY. Tapi hasilnya nihil. SBY dinilai tidak mau berjumpa dengan utusan Megawati.

Dan sekarang SBY mau Megawati datang ke Kongres Demokrat ke IV tapi dengan cara yang sama dengan Megawati dulu. Bukankah hal itu sama saja dengan balas dendam? Kenapa tidak SBY yang langsung datang? Padahal jika membaca kicauan SBY di Twitter begitu mengharapkan PDIP dan Demokrat bisa "damai".

"Sungguh indah jika konstituen Ibu Megawati & konstituen saya tidak terus "berjarak" & bisa bersatu demi kepentingan bangsa & negara. *SBY*," kicau akun ‏@SBYudhoyono 9 Mei 2015.

Selain itu "kicauan" puitis diatas, SBY dikabarkan tulus undang Mega datang. Tapi kok tidak langsung SBY yang undang Megawati? Apakah kesibukan SBY setelah pensiun dari Presiden menjadi semakin sibuk? Jika memang demi kepentingan bangsa dan negara, mengapa SBY tidak mau meluangkan waktu untuk jumpa dengan Megawati? Ini sangat ironi sekali.

Alangkah baiknya, jika yang mengundang Megawati tuk dapat hadir di kongres Demokrat dilaksanakan langsung oleh SBY. Sekaligus, SBY bisa meminta maaf atas kesalahan-kesalahan masa lalunya kepada Megawati. Dengan begitu, mudah-mudahan Megawati bisa luluh hatinya dan bersedia hadir pada Kongres Demokrat IV, kerjasama politik bisa di bangun lagi.

Seperti diketahui, pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PAN lalu, Mega bisa hadir lantaran Zulkifli Hasan selaku ketua umum langsung mengundangnya. Kenapa hal tersebut tidak di lakukan SBY? Sejatinya wibawa SBY tidak akan jatuh jika melakukan hal tersebut.

Perlu kita ketahui lagi, Megawati adalah senior bagi SBY dalam karir Presiden. Mega Presiden ke 5 Republik Indonesia, sedang SBY Presiden ke 6 Republik Indonesia. Sudah begitu, SBY pernah menjadi menteri di era Megawati Presiden. Adalah perlakuan tidak tidak sopan bagi seorang junior mengundang senior dengan cara memakai utusan. Bukankah, Ini sama saja mempermalukan Megawati di depan publik?

Jadi wajar saja, jika Megawati tak mau hadir ke acara Kongres Demokrat ke IV. Dan, ketidakdatangan Mega bisa ditafsirkan sebagai "tamparan" kepada SBY yang sudah dinilai mempermalukan Megawati. Ingat, Jokowi -saja- yang saat ini menjabat Presiden, bisa "tunduk" kepada Megawati. Bagaimana pula SBY yang cuma mantan Presiden?

[JK Sinaga]

Popular posts from this blog

Heboh, Foto Oknum Polisi Diduga Sedang Bagi Uang Hasil "Petak Umpet"

Foto dua orang oknum anggota polisi sibuk menghitung uang membuat heboh situs media sosial Facebook. Foto yang diposting pemilik akun Facebook Adm Motivasi itu ditautkan ke akun fanpage JOKOWI PRESIDEN KU dengan judul "Ayo Lagi Ngapain?" ini ternyata mendapat respon dari netizen lainnya. Foto hasil jepretan sembunyi-sembunyi (hidden camera) memperlihatkan dua orang polisi seperti memegang berlembar-lembar kertas warna merah seperti bentuk uang Rp 100 ribu. Tentunya berbagai komentar positif dan komentar negatif. Hingga kini foto tersebut mendapat 606 komentar serta like 1.288 orang. Berikut komentar di akun facebook: Harry Setiawan Rph: Kalau yg begini mah bkn fitnah. Hampir rata2 pengguna jalan raya mengalami,kalau yg namanya ketemu yg begini (POLISI). M Ridone: Ada ada saja tapi lucu..kan gk tau itu dwit apa berpikir positip sajalah. etiawan Jayadireja: Yang pasti takut ketahuan istrinya, di umpetin dikit? Ronymeong Rony: itung itung balikin modal dulu bro...

Usai Keluarkan Perpres Soal Kenaikan DP Mobil Pejabat, Nah Lho..Jokowi Bingung!

"Plin Plan pakdhe nih," tulis akun @ebritino  di Twitter terkait sikap Jokowi yang sepertinya kebingungan usai keluarkan Perpres No 39/2015. Ada pun Perpres tersebut mengatur soal kenaikan uang muka (DP) kendaraan mobil pejabat dari Rp 116 juta menjadi Rp 210 juta. Sikap 'plin plan' Jokowi ini apa karena ada banyak protes dari publik atau ada faktor lain memang belum ada klarifikasi dari pihak Istana. Yang ada hanyalah Jokowi sebut akan mengecek ulang Perpres No 39/2015 tersebut. Dikutip laman Detik (5/4) , bahwa Presiden Jokowi berjanji akan mengecek Perpres yang berisi kenaikan nilai uang muka pembelian mobil pejabat negara. Selain itu dirinya juga mengakui bahwa kebijakan itu tidak tepat dilakukan saat ini. "Saat ini bukan saat yang baik. Pertama karena kondisi ekonomi, kedua sisi keadilan, ketiga sisi (penghematan) BBM," tutur Jokowi setelah mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, dari kampung halamannya di Solo, Minggu (5/4

Awasi! Putri Indonesia 2015 "Ber-Palu Arit", PKI Sebarkan Racun Komunis di Kalangan Muda

Foto konyol Putri Indonesia 2015 Anindya Kusuma Putri yang berpose memakai kaos bergambar simbol komunis ‘Palu Arit’, mengindikasikan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) sedang menyebarkan ideologinya kepada kalangan anak muda. Pendapat itu disampaikan Pimpinan Taruna Muslim, Alfian Tanjung, kepada intelijen (23/02). “Saat ini komunis Indonesia sedang menyebarkan ideologi di kalangan anak muda. Putri Indonesia 2015 bisa menjadi simbol untuk menarik kalangan muda,” tegas Alfian Tanjung. Kata Alfian, PKI sudah menyusupkan beberapa kadernya di partai politik. “Lihat saja kader mereka yang ada di partai politik dan DPR. Di PDIP ada Ribka Tjiptaning yang bangga menjadi anak PKI. Padahal PKI itu organisasi yang dilarang di Indonesia,” papar Alfian. Alfian mengingatkan, dalam kondisi bangsa Indonesia yang tidak jelas seperti ini, komunis sangat mudah masuk di kalangan generasi muda maupun rakyat. “Komunis itu pandai mempengaruhi orang. Jargon-jargon menguasai tanah milik negara,