Jika mengacu pada keputusan PDIP, maka Megawati Soekarno Putri akan di daulat menjadi Ketua Umum lagi. Alasannya, salah satunya itu mandat dari Rakernas PDIP yang lalu. Tapi jika mengaku kepada hasil lembaga survei, maka Mega tak direkomendasikan menjabat ketua Umum PDIP lagi.
Adalah lembaga Poltracking Indonesia yang merilis hal tersebut berdasarkan pada hasil survei. Dan berikut laporannya di kutip dari Inilah.
"Incumbent (Ketua Umum PDIP) Megawati Soekarnoputri adalah figur elite partai yang paling tidak direkomendasikan memimpin PDIP ke depan," kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda dalam jumpa pers hasi survei di Jakarta Pusat, Minggu (22/3/2015).
Adapun penilaian itu dilakukan melihat 10 aspek. Di antaranya integritas dan rekam jejak, kompetensi dan kapabilitas, visi dan gagasan, komunikasi elite, komunikasi publik, akseptabilitas publik, pengalaman dan prestasi memimpin, kemampuan mempin organisasi partai, kemampuan memimpin koalisi dan kemampuan memimpin dalam pemerintahan dan negara.
Megawati mendapatkan posisi ke tujuh dari sembilan nama yang muncul sebagai calon ketua umum partai PDIP. Sembilan nama itu di antaranya, Joko Widodo (Jokowi), Ganjar Pranowo, Pramono Anung, Maruarar Sirait, Hasto Kritiyanto, Tjahjo Kumolo, Megawati Soekarnoputri, Prananda Prabowo dan Puan Maharani.
Sedangkan nama Jokowi berada paling atas dengan presentase 7,68% diikuti oleh Ganjar 7,41%, Pramono 7,35%,, Maruarar 7,03%, Tjahjo 6,6%, Hasto 6,52%, Megawati 6,44%, Prananda 5,93%, dan Puan 5,74%.
Sementara dari nama-nama itu yang paling direkomendasikan hanya ada tiga yakni Jokowi dengan 29,35%, Pramono 28,73%, dan Ganjar 19,85%. Sementara Puan 25,04%, Prananda 17,64%, dan Megawati 19,91% atau paling bawah.
"Tentu saja, meski Megawati masih cukup kuat, tapi banyak figur potensial dari PDIP yang juga memiliki kapasitas, kapabilitas, akseptabilitas eksternal untuk jadi ketua umum," ujar Hanta.
Adapun survei ini dilakukan pada Desember 2014 sampai Februari 2015. Riset dalam pengambilan survei ini dilakukan dengan metode uji kelayakan figur melalui tiga tingkatan penyaringan, yakni meta analisis, focus group discussion, dan penilaian beberapa aspek dari masing-masing figur di PDIP.
Metode survei melalui tiga tingkatan penyaringan dilakukan oleh 200 pakar atau opinion leaders yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. [sal]