Selalu saja Indonesia di tontonkan adegan yang memuakkan dan tidak mendidik. Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta tak pernah bosan keluarkan kata kasar dan kotor.
Padahal seharusnya seorang pemimpin adalah contoh baik dari ucapan maupun tingkah laku. Tapi yang di perlihatkan Ahok sungguh di batas nalar dan akal sehat.
Maka dari itu, sebagai rakyat Indonesia sudah sepantasnya melakukan refleksi bersama terhadap Ahok. Siapa sih sebenernya dirinya? Kok begitu beringasnya ya? Tidak tahu menempatkan diri dan posisi.
Tulisan berikut ini semoga memberikan pemahaman kepada kita bersama untuk mengenal lebih jauh siapa sejatinya suami Veronika itu. Selamat membaca.
***
“Teko Hanya Mengeluarkan Isinya"
Aa Gym dalam sekian banyak kesempatan sering berujar
“Teko hanya mengeluarkan isinya.
Kalau isinya teh, yang keluar ya teh. Kalau isinya air putih, yang keluar ya air putih.”
Setiap hari kita bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita.
Dari tutur kata dan akhlak perilakunya kita dapat menebak isi hatinya.
Tapi siapa sangka, ketika kita lama berpisah dan lalu bertemu kembali, sifatnya mungkin sudah jauh berbeda.
Perumpamaan teko mungkin cukup tepat untuk menggambarkannya.
Teko itu tidak cuma mengeluarkan sesuatu tetapi juga diisi dengan sesuatu.
Di sini kita dapat mengambil makna yang lebih dalam.
Teko bukan sekedar mengeluarkan isi, tetapi mengeluarkan sesuatu yang pernah masuk ke dalamnya.
Masa-masa menimba ilmu secara formal rata-rata hanya 1/4 dari jatah usia hidup kita.
Selebihnya bernama pengalaman, ciri utamanya: ujian dahulu baru belajar. Pengaruh orang tua dalam pembentukan karakter mungkin ada, tetapi tidak seberapa dibandingkan dengan pengaruh lingkungan, termasuk pendamping hidup, keluarga, sahabat, tetangga, rekan kerja, dan media massa.
Pola pikir, permakluman, kebiasaan, tradisi, ketaatan, pembentukan alam khayal hingga penerapan aturan tanpa sengaja dapat terbentuk dari adanya interaksi langsung dengan sumbernya, melihat contoh, membaca berita, atau mendengar opini, dongeng maupun kisah atau hal-hal lain yang mungkin tidak berguna.
Apa pesan moralnya?
Hati-hatilah saat memasukkan ‘sesuatu’ ke diri kita atau anak-anak kita.
Bila hal itu buruk, ada 2 kemungkinan.
1.Pertama, keburukan itu menumpuk menjadi sampah di dalam diri.
2.Atau kedua, keburukan itu keluar dari diri dalam bentuk ucapan, pikiran, niat, bahkan perbuatan.
Dibalut dengan perhiasan semahal apapun, teko tetap mengeluarkan apa yang pernah masuk ke dalamnya.
Kita bukan teko, tapi mari belajar dari ‘ilmu teko’.
by Kokoh Santosa