Skip to main content

BBM Naik, Rakyat Menjerit, Denny JA (LSI) Jadi 'Budak' Cina tuk Pencitraan


Kenaikan harga Bahan Bakar Minya (BBM) kali ini sebenarnya bukan hal yang baru. Karena dengan regulasi pemerintahan Jokowi yang baru, sangat berikan ruang kepada pemerintah menaikan harga BBM setiap pergantian bulan atau mau pergantian bulan.

Di awal-awal pemerintahannya, Jokowi memang sempat juga menaikan harga BBM. Bahkan Jokowi sendiri yang berbicara langsung kepada publik. Namun kali ini pengumuman kenaikan BBM diberitahu melalui website Kementerian ESDM.

Anehnya, Jokowi ketika di tanyai soal kenaikan Premium malah melempar 'bola' kepada Kementerian ESDM.

"Yah nanti ditanyakan ke Menteri ESDM," jawab Jokowi mengenai pertanyaan tersebut dilansir detikcom.

Tentu saja, efek dari kenaikan BBM begitu terasa kepada rakyat, khususnya kelas bawah. Omong kosong jika kenaikan harga BBM tanpa diikuti dengan kenaikan harag-harga lainnya. Itu semua ilusi Jokowi dan 'pak tua' semata.

Tragisnya, kondisi sekarang ini, tidak jauh beda dengan tahun 1998, dimana harga-harga pada naik dan pemerintah tak bisa mengendalikkannya.

Demikian disampaikan Sekjen BEM Universitas Indonesia 1998 Arie Wibowo dalam diskusi bertajuk " Menatap Masa Depan Demokratisasi di Indonesia bersama Jaringan Aksi Alumni UI" di warung daun, Cikini, Jakarta, Jumat (27/3) malam.

"Situasi hari ini mirip dengan 98, instrumen pemerintahan mati suri, eksekutif-legislatif saling serang, parpol pecah belah, lembaga peradilan berkelahi, pada hari ini saling sandera. Ekonomi makin kacau, rupiah melemah, indikasi otoriter muncul," beber Arie, dilansir Rmol.

Yang membuat tidak lucu -lagi- adalah, pemerintah Jokowi malah asyik jalan-jalan keluar negeri dengan membawa keluarganya. Menari diatas penderitaan rakyat, si "Brewok" pun rupanya ikut juga.

Ditengah kondisi yang memiriskan, beredar berita hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang berbunyi, "LSI: Publik Mulai Bisa Menerima Keturunan Tionghoa Jadi Presiden" yang dimuat laman Rmol (Sabtu,28/3/15).

Dalam survei yang dilakukan Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada 658 responden di 33 provinsi di Indonesia, 55.50 persen publik menyatakan bahwa mereka menerima jika Walikota/Bupati/Gubernur adalah seorang yang berasal dari etnis minoritas.

Sebelumnya juga, jarak satu hari saja, LSI juga rilis hasil  survei di Jakarta dan dimuat pada laman Viva (Jumat, 27/3/15) dengan judul: "Survei: 55,5% Warga Tak Masalah Jakarta Dipimpin Ahok".



Dari kejadian ini, apa pesan yang bisa di baca dan dipahami? Ya, Cina sedang melakukan pencitraan kepada publik, bahwa eksistensi kepemimpinan Cina bisa dan akan memberikan hal lebih baik bagi perbaikan Indonesia kedepan dari pada Indonesia dipimpin pribumi seperti Jokowi.

Betapa licikanya mereka bermain pada tataran opini ditengah kebingungan pribumi hadapi persoalan negeri. Dimana, mereka jadikan pribumi seperti Denny JA sebagai 'budak' untuk ambisi pencitraan Cina.  [JK Sinaga]

Popular posts from this blog

Heboh, Foto Oknum Polisi Diduga Sedang Bagi Uang Hasil "Petak Umpet"

Foto dua orang oknum anggota polisi sibuk menghitung uang membuat heboh situs media sosial Facebook. Foto yang diposting pemilik akun Facebook Adm Motivasi itu ditautkan ke akun fanpage JOKOWI PRESIDEN KU dengan judul "Ayo Lagi Ngapain?" ini ternyata mendapat respon dari netizen lainnya. Foto hasil jepretan sembunyi-sembunyi (hidden camera) memperlihatkan dua orang polisi seperti memegang berlembar-lembar kertas warna merah seperti bentuk uang Rp 100 ribu. Tentunya berbagai komentar positif dan komentar negatif. Hingga kini foto tersebut mendapat 606 komentar serta like 1.288 orang. Berikut komentar di akun facebook: Harry Setiawan Rph: Kalau yg begini mah bkn fitnah. Hampir rata2 pengguna jalan raya mengalami,kalau yg namanya ketemu yg begini (POLISI). M Ridone: Ada ada saja tapi lucu..kan gk tau itu dwit apa berpikir positip sajalah. etiawan Jayadireja: Yang pasti takut ketahuan istrinya, di umpetin dikit? Ronymeong Rony: itung itung balikin modal dulu bro...

Usai Keluarkan Perpres Soal Kenaikan DP Mobil Pejabat, Nah Lho..Jokowi Bingung!

"Plin Plan pakdhe nih," tulis akun @ebritino  di Twitter terkait sikap Jokowi yang sepertinya kebingungan usai keluarkan Perpres No 39/2015. Ada pun Perpres tersebut mengatur soal kenaikan uang muka (DP) kendaraan mobil pejabat dari Rp 116 juta menjadi Rp 210 juta. Sikap 'plin plan' Jokowi ini apa karena ada banyak protes dari publik atau ada faktor lain memang belum ada klarifikasi dari pihak Istana. Yang ada hanyalah Jokowi sebut akan mengecek ulang Perpres No 39/2015 tersebut. Dikutip laman Detik (5/4) , bahwa Presiden Jokowi berjanji akan mengecek Perpres yang berisi kenaikan nilai uang muka pembelian mobil pejabat negara. Selain itu dirinya juga mengakui bahwa kebijakan itu tidak tepat dilakukan saat ini. "Saat ini bukan saat yang baik. Pertama karena kondisi ekonomi, kedua sisi keadilan, ketiga sisi (penghematan) BBM," tutur Jokowi setelah mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, dari kampung halamannya di Solo, Minggu (5/4

Awasi! Putri Indonesia 2015 "Ber-Palu Arit", PKI Sebarkan Racun Komunis di Kalangan Muda

Foto konyol Putri Indonesia 2015 Anindya Kusuma Putri yang berpose memakai kaos bergambar simbol komunis ‘Palu Arit’, mengindikasikan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) sedang menyebarkan ideologinya kepada kalangan anak muda. Pendapat itu disampaikan Pimpinan Taruna Muslim, Alfian Tanjung, kepada intelijen (23/02). “Saat ini komunis Indonesia sedang menyebarkan ideologi di kalangan anak muda. Putri Indonesia 2015 bisa menjadi simbol untuk menarik kalangan muda,” tegas Alfian Tanjung. Kata Alfian, PKI sudah menyusupkan beberapa kadernya di partai politik. “Lihat saja kader mereka yang ada di partai politik dan DPR. Di PDIP ada Ribka Tjiptaning yang bangga menjadi anak PKI. Padahal PKI itu organisasi yang dilarang di Indonesia,” papar Alfian. Alfian mengingatkan, dalam kondisi bangsa Indonesia yang tidak jelas seperti ini, komunis sangat mudah masuk di kalangan generasi muda maupun rakyat. “Komunis itu pandai mempengaruhi orang. Jargon-jargon menguasai tanah milik negara,