Skip to main content

Tantowi dan Kak Seto Sepakat, Gaya Bicara Ahok Bisa Rusak Anak-anak


Legislator dari daerah pemilihan DKI III (Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu), Tantowi Yahya, mengaku khawatir dengan gaya bahasa Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama, atau Ahok. Gaya bicara Ahok yang kasar, dikhawatirkan akan ditiru oleh anak-anak.

"Bahasa-bahasa ala Ahok seperti, anjing, elu, maling, bangsat lu, dan berbagai umpatan lainnya akan ditiru oleh generasi saat ini. Nanti, akan ada seorang anak berbicara ke orangtuanya dengan panggilan elu, gue," kata Tantowi, di gedung DPR, Jakarta, Kamis 19 Maret 2015.

Kata Wakil Ketua Komisi I DPR ini, era sekarang sudah sangat canggih. Meski memang tidak semua anak-anak yang tidak membaca berita di portal online, koran, atau menonton televisi. Namun, banyak anak-anak yang bisa mengakses media Youtube dan menyaksikan langsung umpatan-umpatan Ahok. "Anak saya saja bilang, kok Ahok ngomong begitu," kata Tantowi.

Menurut Tantowi, bahasa-bahasa umpatan Ahok adalah hal tabu. Tetapi, kalau ini terus dilontarkan dan terus mendapatkan tempat di media massa, maka suatu saat akan menjadi pembenaran.

"Kalau ada suatu barang, di-endorse lama-lama akan jadi benar. Gue, elu, bangsat lu, ya akan jadi begitu," kata penyanyi country ini.

Sebelumnya, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, atau biasa disapa Kak Seto, juga menilai gaya Ahok dapat berdampak buruk bagi perkembangan anak-anak. Khususnya, anak yang tinggal di Ibu Kota Jakarta.

"Gaya bicara yang meledak-ledak itu merupakan contoh yang tidak baik bagi anak-anak," ujar Kak Seto di kantor Wali Kota Jakarta Timur, Senin 16 Maret 2015.

Kak Seto mengaku sebagai pengagum Ahok. Apa yang dilakukan Ahok selama ini, kata Kak Seto, adalah sebuah kejujuran untuk mengangkat Jakarta dari lembah hitam praktik korupsi dan kemalasan.

Tetapi, dengan gaya penyampaiannya yang buruk itu, dikhawatirkan akan merusak perkembangan anak-anak.

Menurut Kak Seto, sebaiknya Ahok lebih arif dan lebih bijaksana dalam berbicara. Sebab, perkataan dan ucapan Ahok bisa diserap anak-anak melalui berbagai media.

"Karena biasanya anak-anak hanya melihat dari kulit luarnya saja. Apakah seorang pemimpin harus bertindak demikian?," kata Kak Seto. [Viva]

Popular posts from this blog

Gagal Jadi Menteri Jokowi, Rieke Diah Pitaloka Kini Resmi Cerai dengan Suami

Dulu sempat tersiar kabar, Rieke Diah Pitaloka (Oneng) akan di jadikan menteri dalam kabinet kerja Jokowi. Isu yang berkembang - saat itu - adalah Menteri Tenaga Kerja danTransmigrasi Indonesia. Tapi dalam pengmuman kabinet kerja Jokowi, nama "Oneng" tak ada disebutkan. Yang terjadi, Politisi PDIP tersebut bukan saja gagal jadi menterinya Jokowi. Resmi bercerai dengan suami membuat Rieke juga gagal membangun mahligai rumah tangganya. Dilansir laman Detik (24/3), kabar mengejutkan datang dari artis sekaligus politikus Rieke Diah Pitaloka. Ia ternyata telah bercerai dengan sang suami, Donny Gahral Adian. Isu keretakan rumah tangga Rieke dan Donny memang sudah lama terdengar, bisa dibilang sejak pertengahan tahun lalu. Kabar tersebut ternyata bukan gosip belaka. Saat ini, keduanya sudah resmi bercerai. Hal itu dikonfirmasi oleh Humas Pengadilan Agama Depok, Jawa Barat, Suryadi. "Iya, benar (telah cerai)," ucap Suryadi kepada detikHOT lewat pesan singkat,

Alamak! Bentuk Tim Independen, Jokowi Bikin Konflik KPK vs Polri Makin Rumit

Aksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat tim independen untuk memediasi konflik KPK dan Polri bukan memberikan solusi, tetapi menambah polemik dan masalah menjadi rumit. "Pembentukan tim independen bukanlah solusi tapi akan membuat polemik ini makin kusut dan berliku," tegas dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Masnur Marzuki, kepada wartawan, Selasa (27/1). Menurutnya, terdapat beberapa alasan tim independen tak dibutuhkan. Pertama, belum ada dasar hukum yang jelas pembentukan tim tersebut apakah keppres atau dasar hukum teknis lainnya. "Karena bila tidak dibekali dasar hukum yang jelas, tim tidak akan efektif bekerja menggali fakta dan memanggil para pihak," katanya. Kedua, Presiden seperti tidak belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa selama ini pengelolaan negara menjadi tidak efektif karena terlalu banyak tim yang nomenklaturnya tidak jelas dan justru tumpang tindih dengan lembaga atau institusi yang

Contact

Kritik, saran atau pemasangan iklan bisa dikirim ke email maidany@gmail.com. Tulis di subjek : Kritik, Saran atau Iklan. Terima Kasih Redaksi