Skip to main content

Siapa di Balik 'Jurus Mabuk' Effendi Simbolon Serang Jokowi?


Masih ingat film Drunken Master? Dalam film yang populer di masa lalu itu aktor kondang Jackie Chan menggunakan jurus mabuk untuk mengalahkan musuhnya. Kini politikus PDIP Effendi Simbolon bak menggunakan jurus serupa untuk menyerang Presiden Jokowi, entah apa persoalannya.

Entah apa alasan Effendi kerap memilih sikap berbeda dengan Jokowi meskipun PDIP jelas di belakang Jokowi-JK. Effendi sudah menunjukkan sikap tak cocok dengan Jokowi sejak Jokowi belum jadi capres PDIP.

"Dia kan dipilih rakyat, jadi kita akan kawal mandat itu untuk dia laksanakan tugas kampanye sampai tuntas, kan Jakarta butuh Jokowi," kata Effendi kepada detikcom, Rabu 1 Mei 2013 silam.

Setelah Jokowi terpilih menjadi presiden pun Effendi selalu berseberangan dengan sang presiden. Pada saat Jokowi menaikkan harga BBM, Effendi Simbolon bersikukuh menolak. Namun kini saat harga BBM sudah turun lagi Effendi Simbolon tak menghentikan kritik dan seolah terus mencari kesalahan Jokowi.

Kali ini Jokowi mengkritik performa kinerja menteri Jokowi yang dinilai tak maksimal. Namun ujung kritik Effendi kali ini sedikit lebih kasar. Effendi menghantui Jokowi dengan pemakzulan. Padahal saat ini KMP sekalipun tak pernah bicara pemakzulan setelah Jokowi dilantik jadi presiden.

"Kalau seperti ini keadaannya dan dia tidak membenahi, ini jadi peluang lawan politiknya. Bisa didorong untuk dijatuhkan," kata Effendi kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (27/1/2015).

Serangan tajam Effendi ini justru memunculkan tanda tanya besar soal siapa di balik serangan tajam ini, mengingat saat ini PDIP dan Jokowi sedang beda sikap soal pelantikan Komjen Budi Gunawan jadi Kapolri. Jokowi yang memutuskan menunda pelantikan didorong terus melantik Komjen Budi yang kini jadi tersangka KPK tersebut.

Seolah tahu bakal ada yang bertanya soal sosok di belakangnya, Effendi buru-buru mengklarifikasi bahwa kritik tajam itu bukan suruhan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Maksud saya, saya tidak rela kalau hanya Jokowi yang jatuh. Dua-duanya saya ingatkan, ini politik lho. Mana mungkin kelompok tertentu nunggu 5 tahun," katanya.

Lalu ada kepentingan apa Effendi terus menyerang Jokowi? [detik]

Popular posts from this blog

Gagal Jadi Menteri Jokowi, Rieke Diah Pitaloka Kini Resmi Cerai dengan Suami

Dulu sempat tersiar kabar, Rieke Diah Pitaloka (Oneng) akan di jadikan menteri dalam kabinet kerja Jokowi. Isu yang berkembang - saat itu - adalah Menteri Tenaga Kerja danTransmigrasi Indonesia. Tapi dalam pengmuman kabinet kerja Jokowi, nama "Oneng" tak ada disebutkan. Yang terjadi, Politisi PDIP tersebut bukan saja gagal jadi menterinya Jokowi. Resmi bercerai dengan suami membuat Rieke juga gagal membangun mahligai rumah tangganya. Dilansir laman Detik (24/3), kabar mengejutkan datang dari artis sekaligus politikus Rieke Diah Pitaloka. Ia ternyata telah bercerai dengan sang suami, Donny Gahral Adian. Isu keretakan rumah tangga Rieke dan Donny memang sudah lama terdengar, bisa dibilang sejak pertengahan tahun lalu. Kabar tersebut ternyata bukan gosip belaka. Saat ini, keduanya sudah resmi bercerai. Hal itu dikonfirmasi oleh Humas Pengadilan Agama Depok, Jawa Barat, Suryadi. "Iya, benar (telah cerai)," ucap Suryadi kepada detikHOT lewat pesan singkat,

Alamak! Bentuk Tim Independen, Jokowi Bikin Konflik KPK vs Polri Makin Rumit

Aksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat tim independen untuk memediasi konflik KPK dan Polri bukan memberikan solusi, tetapi menambah polemik dan masalah menjadi rumit. "Pembentukan tim independen bukanlah solusi tapi akan membuat polemik ini makin kusut dan berliku," tegas dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Masnur Marzuki, kepada wartawan, Selasa (27/1). Menurutnya, terdapat beberapa alasan tim independen tak dibutuhkan. Pertama, belum ada dasar hukum yang jelas pembentukan tim tersebut apakah keppres atau dasar hukum teknis lainnya. "Karena bila tidak dibekali dasar hukum yang jelas, tim tidak akan efektif bekerja menggali fakta dan memanggil para pihak," katanya. Kedua, Presiden seperti tidak belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa selama ini pengelolaan negara menjadi tidak efektif karena terlalu banyak tim yang nomenklaturnya tidak jelas dan justru tumpang tindih dengan lembaga atau institusi yang

Contact

Kritik, saran atau pemasangan iklan bisa dikirim ke email maidany@gmail.com. Tulis di subjek : Kritik, Saran atau Iklan. Terima Kasih Redaksi