Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi)sangat teliti dan bernyali dalam memilih orang-orang untuk bekerja pada masa pemerintahannya. Ia pun menepis anggapan, Jokowi kerap dibayangi sosok Megawati Soekarnoputri dan politikus parpol pendukung dalam mengambil keputusan.
“Sabagai orang yang kenal Jokowi, saya katakan bahwa dia pemimpin yang gagah berani,” ujar Hendropriyono kepada Okezone, Selasa (27/1/2014).
Hendro mencontohkan keberanian Jokowi melawan arus dan penolakan untuk mengangkat Luhut Binsar Panjaitan sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
“Dia berani menentang arus karena yakin Luhut orang yang tepat. Arus yang menentang, tentu saja menilai dari persepsi yang berbeda. Tapi sebagai Presiden, Jokowi berpendirian bahwa dialah yang paling benar untuk memilih orang sebagai pembantunya,” jelas Hendro.
Hendro juga menapik isu miring mengenai Jokowi yang dikabarkan sengaja menggunakan KPK untuk menjegal orang-orang ’titipan’ yang tak kuasa ditolaknya.
“Kalau dibilang Jokowi menggunakan KPK, merupakan kesimpulan yang sangat keliru. Jokowi tidak pernah menggunakan KPK atau lembaga apapun, dalam menentukan kebijakannya. Yang jelas, dia gunakan tokoh-tokoh masyarakat, untuk mencari fakta, sehingga berfungsi hanya memberi tambahan masukan saja kepada Presiden,” paparnya.
Jokowi selalu memilih Tim Pencari Fakta (TPF) yang terpercaya dan akurat. Hendro membeberkan, setiap anggota TPF harus bernilai A atau dapat dipercaya, artinya punya latar belakang yang mumpuni. Informasi yang sampaikan juga harus bernilai 1 artinya jujur dan dapat dikonfirmasi.
“Jika hal yang menyangkut anggota TPF ini benar, kita yakin Presiden akan memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Demikian pula tidak pernah ada saling lempar antara Kompolnas dengan Presiden. Bahkan yang telah terjadi justru kerja olahpikir yang sinergis dalam mempertimbangkan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri. Walaupun tentu semua itu tidak harus melalui prosedur formal, yang dalam situasi seperti ini dirasakan bertele-tele,” simpulnya.
Sementara itu, publik menyaksikan bahwa Jokowi angkat Jaksa Agung dari kader partai politik, kemudian calonkan tersangka korupsi jadi kapolri. Belum lagi ada mantan bos judi yang jadi watimpres. Jika ini bukan sebuah kesalahan Jokowi, maka benarlah apa yang di katakan Hendro, bahwa Jokowi tidak salah pilih tim kerja. [okezone/pekanews]