Skip to main content

Partai Golkar Di Duga Barter Lapindo dengan Budi Gunawan, Betulkah?


Partai Golkar diduga membarter persetujuannya atas pencalonan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Polri dengan pemberian dana talangan pemerintah untuk ganti rugi Lumpur Lapindo.

Pemerintah menganggarkan pembayaran ganti rugi kepada masyarakat Lapindo di area terdampak di Sidoarjo, Jawa Timur, sebesar Rp 781,7 miliar melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan 2015.

"Kami mendukung apa pun keputusan Presiden," kata Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie yang ditirukan seorang politikus partai beringin, seperti dimuat majalah Tempo edisi 26 Januari 2015.

Dukungan itu disampaikan Ical saat Ketua Fraksi PDI Perjuangan Olly Dondokambey menemuinya di Menteng, Jakarta Pusat, akhir 2014. Dalam pertemuan itu, Olly memaparkan rencana Presiden Joko Widodo yang hendak mengajukan Budi sebagai pengganti Jenderal Sutarman.

Ical sendiri sudah dua kali bertamu ke Istana untuk bertemu dengan Jokowi dan Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan. Dalam kedua pertemuan itu, Ical mengklaim hanya memberikan masukan soal APBN Perubahan 2015.

Juru bicara keluarga Bakrie, Lalu Mara Satriawangsa, membantah adanya barter dukungan Golkar dengan dana talangan Lapindo. "Kalau keluarga Bakrie belum ada dana, itu benar," kata Lalu.

Bendahara Umum Golkar Bambang Soesatyo menyampaikan bahwa dalam pertemuan Ical dengan Olly ada juga permintaan soal penyelesaian kisruh dua kepemimpinan pada Partai Golkar.

Ical meminta pernyataan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasona Laoly, yang mengembalikan kepengurusan Golkar ke Musyawarah Nasional 2009, dapat dituangkan dalam keputusan formal. "Tapi ini bukan barter dukungan untuk pencalonan Budi Gunawan," kata Bambang.

Golkar menjadi salah satu partai oposisi yang mendukung pencalonan Budi Gunawan di Komisi Hukum. Secara aklamasi, tanpa Partai Demokrat, semua anggota Komisi Hukum menyetujui Budi sebagai Kapolri dan mengabaikan penetapan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. [tempo]

Popular posts from this blog

Gagal Jadi Menteri Jokowi, Rieke Diah Pitaloka Kini Resmi Cerai dengan Suami

Dulu sempat tersiar kabar, Rieke Diah Pitaloka (Oneng) akan di jadikan menteri dalam kabinet kerja Jokowi. Isu yang berkembang - saat itu - adalah Menteri Tenaga Kerja danTransmigrasi Indonesia. Tapi dalam pengmuman kabinet kerja Jokowi, nama "Oneng" tak ada disebutkan. Yang terjadi, Politisi PDIP tersebut bukan saja gagal jadi menterinya Jokowi. Resmi bercerai dengan suami membuat Rieke juga gagal membangun mahligai rumah tangganya. Dilansir laman Detik (24/3), kabar mengejutkan datang dari artis sekaligus politikus Rieke Diah Pitaloka. Ia ternyata telah bercerai dengan sang suami, Donny Gahral Adian. Isu keretakan rumah tangga Rieke dan Donny memang sudah lama terdengar, bisa dibilang sejak pertengahan tahun lalu. Kabar tersebut ternyata bukan gosip belaka. Saat ini, keduanya sudah resmi bercerai. Hal itu dikonfirmasi oleh Humas Pengadilan Agama Depok, Jawa Barat, Suryadi. "Iya, benar (telah cerai)," ucap Suryadi kepada detikHOT lewat pesan singkat,

Alamak! Bentuk Tim Independen, Jokowi Bikin Konflik KPK vs Polri Makin Rumit

Aksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat tim independen untuk memediasi konflik KPK dan Polri bukan memberikan solusi, tetapi menambah polemik dan masalah menjadi rumit. "Pembentukan tim independen bukanlah solusi tapi akan membuat polemik ini makin kusut dan berliku," tegas dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Masnur Marzuki, kepada wartawan, Selasa (27/1). Menurutnya, terdapat beberapa alasan tim independen tak dibutuhkan. Pertama, belum ada dasar hukum yang jelas pembentukan tim tersebut apakah keppres atau dasar hukum teknis lainnya. "Karena bila tidak dibekali dasar hukum yang jelas, tim tidak akan efektif bekerja menggali fakta dan memanggil para pihak," katanya. Kedua, Presiden seperti tidak belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa selama ini pengelolaan negara menjadi tidak efektif karena terlalu banyak tim yang nomenklaturnya tidak jelas dan justru tumpang tindih dengan lembaga atau institusi yang

Contact

Kritik, saran atau pemasangan iklan bisa dikirim ke email maidany@gmail.com. Tulis di subjek : Kritik, Saran atau Iklan. Terima Kasih Redaksi