Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan melemah hingga empat tahun ke depan. Untuk itu, BI mengimbau pemerintah perlu menjaga defisit neraca perdagangan dalam negeri tetap aman, yakni sebesar 2,5-3 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Di samping itu, Bank Indonesia menegaskan siap mengintervensi mata uang rupiah bila terjadi gejolak. "Dolar tetap menguat tiga sampai empat tahun ke depan," kata Agus, di Jakarta, Kamis 29 Januari 2015.
Menurut dia, melemahnya nilai tukar rupiah tersebut membuat pemerintah dan swasta harus berhati-hati dalam menarik utang asing. Sebab, akan mempengaruhi utang luar negeri untuk mata uang rupiah.
"Utang luar negeri Indonesia, pemerintah dan swasta, jumlahnya terjadi peningkatan cukup tinggi, bukan hanya swasta, tapi juga BUMN (Badan Usaha Milik Negara)," ujarnya.
Menurut Agus, bank sentral tahun ini turut meminta pemerintah agar mampu menjaga stabilitas transaksi perdagangan. Sebab, jika tidak terjaga bakal membahayakan stabilitas makro ekonomi.
"Lebih dari itu membahayakan, seperti di Rusia yang stabilitas makro tidak terjaga," tuturnya, seperti dikabarkan laman Viva.
Kejadian ini tentu membuat publik kembali bertanya. Pasalnya, beberapa pengamat pernah menyebutkan kurs rupiah akan menguat dari mata uang dolar jika Jokowi jadi presiden. Dan kini suami Iriana itu sudah jadi Presiden, nyatanya malah kebalikan yang terjadi. Sungguh ter-la-lu![viva/sal]