Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah tak kuasa menahan
dominasi dolar AS akibat perbaikan perekonomian negara adidaya itu.
Seperti apa?
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah 136 poin (1,1%) ke posisi 12.432 per Jumat, 12 Desember 2014 dibandingkan akhir pekan sebelumnya 5 Desember di angka 12.296.
Reza Priyambada, kepala riset Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI) mengatakan, masih berlanjutnya pelemahan yen Jepang dan terapresiasinya dolar AS membuat laju rupiah di awal pekan kembali tertahan dan berbalik melemah. “Kekhawatiran kami kembali terjadi di mana laju rupiah melewati batas support psikologis 12.300 per dolar AS yang sebelumnya kami berharap tidak terlewati,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (14/12/2014).
Selain dari kondisi tersebut, lanjut dia, penilaian Bank Dunia soal perekonomian Indonesia membawa dampak buruk bagi laju rupiah. “Pelaku pasar lebih memilih masuk ke dolar AS dibandingkan rupiah yang terkena berita negative,” ujarnya.
Mulai berbalik naiknya nilai tukar yen dan won seiring kembali meningkatnya demand atas mata uang save heaven karena pelemahan pada pasar saham dan komoditas, turut berimbas positif pada rupiah. “Rupiah pun mampu berbalik positif meski belum terlalu signifikan karena masih bertengger di level 12.300-an,” tuturnya.
Di sisi lain, pelemahan yuan China seiring dengan penilaian pertumbuhan nilai ekspor yang masih melambat, membatasi potensi penguatan rupiah. “Kembali berlanjutnya penguatan laju yen setelah pelaku pasar mengalihkan dananya ke aset-aset save heaven yang salah satunya adalah yen seiring pelemahan sejumlah indeks saham di Asia dan komoditas serta penilaian masih akan melambatnya ekonomi China, memberikan kesempatan bagi rupiah untuk menguat,” papar dia.
Rilis International Monetary Fund (IMF) terkait masuknya yuan ke dalam urutan mata uang yang dapat digunakan sebagai cadangan devisa selain dolar AS dan Euro memberikan sentimen positif pada laju yuan.
Dengan penilaian tersebut, kata Reza, pelaku pasar berasumsi permintaan akan yuan dapat meningkat. “Meski laju penguatan Yuan berimbas positif pada pergerakan laju rupiah namun, masih tertahan dengan berbalik naiknya laju dolar AS seiring kemajuan perbaikan ekonomi AS,” imbuhnya.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah 136 poin (1,1%) ke posisi 12.432 per Jumat, 12 Desember 2014 dibandingkan akhir pekan sebelumnya 5 Desember di angka 12.296.
Reza Priyambada, kepala riset Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI) mengatakan, masih berlanjutnya pelemahan yen Jepang dan terapresiasinya dolar AS membuat laju rupiah di awal pekan kembali tertahan dan berbalik melemah. “Kekhawatiran kami kembali terjadi di mana laju rupiah melewati batas support psikologis 12.300 per dolar AS yang sebelumnya kami berharap tidak terlewati,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (14/12/2014).
Selain dari kondisi tersebut, lanjut dia, penilaian Bank Dunia soal perekonomian Indonesia membawa dampak buruk bagi laju rupiah. “Pelaku pasar lebih memilih masuk ke dolar AS dibandingkan rupiah yang terkena berita negative,” ujarnya.
Mulai berbalik naiknya nilai tukar yen dan won seiring kembali meningkatnya demand atas mata uang save heaven karena pelemahan pada pasar saham dan komoditas, turut berimbas positif pada rupiah. “Rupiah pun mampu berbalik positif meski belum terlalu signifikan karena masih bertengger di level 12.300-an,” tuturnya.
Di sisi lain, pelemahan yuan China seiring dengan penilaian pertumbuhan nilai ekspor yang masih melambat, membatasi potensi penguatan rupiah. “Kembali berlanjutnya penguatan laju yen setelah pelaku pasar mengalihkan dananya ke aset-aset save heaven yang salah satunya adalah yen seiring pelemahan sejumlah indeks saham di Asia dan komoditas serta penilaian masih akan melambatnya ekonomi China, memberikan kesempatan bagi rupiah untuk menguat,” papar dia.
Rilis International Monetary Fund (IMF) terkait masuknya yuan ke dalam urutan mata uang yang dapat digunakan sebagai cadangan devisa selain dolar AS dan Euro memberikan sentimen positif pada laju yuan.
Dengan penilaian tersebut, kata Reza, pelaku pasar berasumsi permintaan akan yuan dapat meningkat. “Meski laju penguatan Yuan berimbas positif pada pergerakan laju rupiah namun, masih tertahan dengan berbalik naiknya laju dolar AS seiring kemajuan perbaikan ekonomi AS,” imbuhnya.